Nutrisi Sehat Untuk Balita
Nutrisi Sehat Untuk Balita – Nutrisi untuk anak balita sangat penting diperhatikan. Saat balita, nutrisi dibutuhkan untuk mencetak anak yang sehat. Usia balita merupakan usia yang rawan, karena pada usia ini, anak sedang optimal dalam tumbuh kembang fisik maupun mental. Dengan terpenuhinya nutrisi untuk anak balita diharapkan balita tumbuh menjadi manusia yang sehat, unggul dan berprestasi. Banyak makanan dan minuman yang dijual di pasaran dengan iming-iming memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun, jangan mudah tergiur dengan iklan. Perlu menjadi catatan, mahalnya harga makanan kemasan pabrik tidak selalu menjamin kualitas produk tersebut. Sekali lagi jangan coba-coba sembarang merk makanan atau minuman untuk memenuhi nutrisi untuk anak balita Anda.
Nutrisi Sehat Untuk Balita
Nutrisi untuk anak balita tidak harus mahal. Anda dapat membuatnya sendiri di dapur rumah Anda. Hati-hati jika memutuskan membeli nutrisi untuk anak balita di pasaran. Sikap skeptis perlu ditumbuhkan. Kekhawatiran adanya bahan berbahaya atau biasanya gula tambahan bisa Anda siasati dengan membuat makanan dari bahan-bahan di dapur Anda sendiri. Paling penting, bahan-bahan yang digunakan mengandung cukup nutrisi untuk anak balita.
Nutrisi untuk anak balita ini antara lain vitamin A, D, dan C. Vitamin A berfungsi membantu kesehatan mata, bahan makanan mudah didapat seperti buah berwarna merah atau kuning dan sayuran hijau ( wortel, pisang, apel atau brokoli ). Buah ini bisa diberikan sebagai nutrisi untuk anak balita yang cukup efektif. Usahakan Anda memberikan buah dan sayur segar. Namun, sesekali bolehlah Anda membuat jus buah. Sedangkan Vitamin D, dapat membantu penyerapan kalsium untuk membentuk tulang dan gigi. Vitamin ini bisa kita dapatkan dari susu dan sinar ultra violet. Vitamin C juga sangat penting untuk daya tahan tubuh, didapat dari buah jeruk atau tomat. Jadi, apakah masih harus mengeluarkan banyak uang untuk memenuhi nutrisi untuk anak balita?
Selain vitamin, kalsium merupakan salah satu nutrisi untuk anak balita yang penting dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium ini bisa didapatkan tidak hanya dari susu namun juga kacang-kacangan. Seperti tahu, yang bisa dikreasikan menjadi olahan makanan beragam. Zat besi juga penting sebagai nutrisi untuk anak balita. Otak buah hati Anda sangat dipengaruhi oleh zat besi dalam pembentukan yang optimal. Nutrisi untuk anak balita yang mengandung zat besi terdapat pada daging, ayam, telur, dan daun bayam.
Pemberian Nutrisi Harus Sesuai Usia
Tahapan-tahapan pemberian nutrisi untuk anak balita ini perlu diperhatikan sesuai usia anak. Variasi pemberian makanan atau minuman juga penting, agar nutrisinya tidak hanya didapat dari satu atau dua macam makanan saja. Dikhawatirkan, buah hati Anda akan tidak menyukai makanan atau minuman di luar dari apa yang Anda setiap hari berikan. Anak berumur 0-6 bulan berilah ASI secara optimal. Hindari memberikan makanan pengganti untuk pemenuhan nutrisi untuk anak balita. Karena, perut bayi belum bisa mencerna makanan dengan baik. ASI merupakan nutrisi untuk anak balita umur 0-6 yang paling lengkap dan baik.
Berikutnya, umur 6-1 tahun bisa diberi makanan pelengkap ASI yaitu bubur tim dan sari buah yang dikreasikan sendiri dengan bahan makanan dan minuman yang mengandung nutrisi untuk anak balita tadi. Pada umur 2-3 tahun bisa diberi makanan yang mengandung nutrisi bagi anak balita sama dengan yang dimakan orang dewasa, seperti nasi dan lauk-pauk. Dalam hal ini kreativitas dalam penyajian memang diperlukan. Hal ini agar nutrisi untuk anak balita Anda cukup diberikan tanpa buah hati Anda merasa bosan atau hanya menyukai satu jenis makanan atau minuman saja. Tidak sulit kan? Jangan hanya terpaku hidup instan. Percayalah bahwa alami adalah pilihan bijak. Tak terkecuali pemilihan nutrisi untuk anak balita.
[/et_pb_text][/et_pb_column_inner][/et_pb_row_inner][et_pb_row_inner _builder_version=”4.13.1″ _module_preset=”default” theme_builder_area=”post_content”][et_pb_column_inner saved_specialty_column_type=”3_4″ _builder_version=”4.13.1″ _module_preset=”default” theme_builder_area=”post_content”][et_pb_text _builder_version=”4.13.0″ _module_preset=”default” text_text_color=”#FFFFFF” text_font_size=”20px” link_text_color=”#FFFFFF” background_color=”#e04135″ custom_margin=”||0px||false|false” custom_padding=”10px||10px||true|false” global_colors_info=”{}” theme_builder_area=”post_content”]Baca Juga : Penyakit Anemia Pada Vegetarian
[/et_pb_text][/et_pb_column_inner][/et_pb_row_inner][/et_pb_column][et_pb_column type=”1_4″ theme_builder_area=”post_content”][et_pb_sidebar area=”et_pb_widget_area_1″ _builder_version=”4.4.2″ custom_padding=”40px|20px|0px|20px|false|true” border_width_all=”2px” border_color_all=”#ec3055″ global_colors_info=”{}” global_module=”2016″ theme_builder_area=”post_content”][/et_pb_sidebar][/et_pb_column][/et_pb_section]